Mengolah Sampah – Bagaimana cara kita membuang sampah? Apakah selama ini kita merasa cukup dengan membuang semuanya ke dalam sebuah kantong plastik lalu membiarkannya diangkut oleh petugas kebersihan? Ataukah kita cukup mengumpulkan semuanya untuk dibakar hingga “habis”? Oh no! Sampah organik harus dipisahkan dari sampah anorganik dan tentu saja tidak boleh dibakar karena akan merusak lapisan ozon dan memperparah pemanasan global.
Lalu kenapa harus dipisahkan? Sebab sampah perlu didaur ulang dan dimanfaatkan kembali. Jika tidak, bumi akan penuh dengan timbunan sampah. Sekarang saja sungai-sungai pun sudah berubah jadi TPA raksasa. Sudah bosan kan liat berita kebanjiran di televisi?
Mungkin kesannya ribet ya ketika harus memilah-milah sampah. Tidak praktis sama sekali. Tapi itu harus dilakukan yas… sebab kita tidak ingin kan bertanggung jawab atas (salah satunya) musibah banjir yang mendatangkan penderitaan bagi semua orang? Yuk, mulai membiasakan diri untuk mengurangi dan memilah sampah! Mudah kok.
Jadi begini… pertama-tama, kenali dulu apa saja yang termasuk dalam kategori sampah organik dan anorganik yaa…
Sampah anorganik:
Sampah plastik, kertas, kaca, logam, dan semacamnya. Sampah jenis ini dapat didaur ulang menjadi produk lain yang dapat dipakai kembali, misalnya jadi kertas daur ulang, ember daur ulang, mainan, bahkan bisa disulap menjadi aksesoris trendi seperti dompet dan tas.
Sampah organik:
Sampah dapur dan halaman, seperti rumput, daun kering, sayuran, buah, dan sisa makanan. Nah kalo sampah jenis ini, yang menyumbangkan porsi terbanyak pada sampah rumah tangga (sekitar 70%), bisa diolah menjadi kompos. Caranya mudah lho…! Apalagi sekarang ada keranjang pengomposan yang sudah dirancang sedemikian rupa sehingga mudah dipergunakan oleh siapapun.
Kalaupun tidak bisa mendapatkan keranjang khusus ini, bisa kok menggunakan pot, kaleng bekas atau wadah lain. Cukup lubangi bagian bawahnya lalu letakkan di atas wadah ceper untuk menampung rembesan. Bagi yang memiliki cukup lahan, bisa juga membuat semacam lubang di tanah yang lazim disebut gali urug.
Nah, yang juga penting nih… supaya proyek pengomposan kita berhasil dan kita terbebas dari bau sampah serta gangguan tikus/semut/kecoa… kita perlu tahu sampah organik apa saja yang bisa dijadikan kompos dan mana yang tidak (Lho?! Kudu dipilah lagi nih?) Hehehe… Mudah koook…
Ini yang bisa langsung dicemplungin ke tempat pengomposan:
- Sampah waktu memasak, seperti kulit bawang, batang sayuran, dan semua sisa sayuran yang tidak ikut dimasak serta kulit telur
- Sisa nasi
- Sampah buah-buahan (kecuali biji dan kulit yang keras seperti biji alpukat, biji dan kulit salak, biji dan kulit durian, dan lain-lain)
- Sisa sayur basi (perlu dicuci dulu untuk menghilangkan lendirnya, dan harus diperas untuk menghilangkan airnya)
Lalu ini yang jangan dimasukkan ke dalam tempat pengomposan supaya tidak mengundang lalat, tikus dan kawan-kawannya yaa…:
- Susu, lemak dan santan
- Makanan hasil laut (seperti udang, kerang, dan lain-lain), tulang dan daging (Kalo ini mending dikasih ke meong aja kali yah…)
- Biji dan kulit buah yang keras (kalo biji nangka bisa direbus pake garam buat cemilan, kulit cempedak direndam air garam lalu digoreng, jadi lauk nabati deh..)
Terus, cara buat komposnya gimana? Gampang banget… semua sampah tadi dicacah kecil-kecil lalu masukin aja ke tempat pengomposan. Berikut ini beberapa metode mengolah sampah organik menjadi kompos:
Jika menggunakan keranjang khusus pengomposan (namanya keranjang Takakura), kita memerlukan kompos activator (kompos yang sudah jadi). Biasanya starter kompos ini disertakan bersama kemasan. Kita bisa menggali starter kompos tersebut untuk mengubur sampah organik pertama kita, atau bisa juga langsung menumpuknya. Paling atas, berikan bantalan sekam (termasuk dalam paket) untuk mengontrol suhu agar mikroba dapat berkembang dengan baik. Tutup keranjang dengan kain untuk mencegah lalat masuk, lalu tutup dengan tutup keranjang.
Apabila kesulitan mendapatkan keranjang Takakura, bisa digantikan dengan keranjang plastik belubang-lubang yang diberi kardus di bagian dalamnya. Berikan lapisan kompos yang sudah jadi ke dalam kardus setinggi kurang lebih 5 cm atau disesuaikan dengan jumlah sampah pertama kita. Sampah organik dapat langsung dimasukkan ke dalam kardus ini. Jangan lupa tutup kain dan tutup keranjangnya.
Keranjang Takakura ini dapat diletakkan di mana saja, asalkan terhindar dari sinar matahari langsung. Proses pengomposannya berlangsung selama dua-tiga bulan setelah keranjang penuh. Setelah kompos jadi, ambil 1/3 bagian dan 2/3 bagian sisanya bisa digunakan untuk pengomposan baru. Untuk mendapatkan kompos yang baik, biasanya kompos diangin-anginkan dahulu di tempat yang tidak terkena cahaya matahari langsung selama seminggu. Jika tidak ada tempat teduh, tidak mengapa diangin-anginkan di bawah sinar matahari asalkan dijaga kelembabannya.
Jika menggunakan pot/kaleng, setelah sampah dimasukkan, taburi dengan sedikit tanah, serbuk gergaji, jerami atau kapur (bisa juga kertas koran) sebelum menambah sampah baru untuk menghindari bau busuk. Bisa juga ditambahkan kotoran ayam/kambing bila ada, untuk meningkatkan kualitas kompos. Nah, setelah penuh, tutup dengan tanah dan diamkan selama dua bulan. Setelah dua bulan, bisa langsung diisi tanaman.
Jika menggunakan cara gali urug, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
- Idealnya kedalaman tanah galian yaitu 50-100 cm
- Usahakan agar tanah galian berjarak minimal 10 m dari sumur untuk menghindari pencemaran
- Caranya sama dengan pengomposan menggunakan pot/kaleng. Hanya saja jika sudah penuh, setelah ditutup dengan tanah, perlu didiamkan selama tiga bulan sebelum kemudian digali dan diangin-anginkan selama dua minggu. Lubang dapat dipergunakan kembali.
Apabila lahan yang dimiliki terbatas, atau jarak dari sumur kurang dari 10 m, dapat menggunakan cara kombinasi. Caranya, siapkan drum/container (ukuran bebas), beri lubang-lubang di bagian dasarnya untuk rembesan, kemudian tanam sekitar 10 cm dari permukaan tanah. Buang sampah organik ke dalamnya setiap hari, beri kotoran untuk meningkatkan kualitas dan taburi tanah untuk menghilangkan bau. Setelah penuh, tutup dengan tanah dan diamkan selama tiga bulan. Keluarkan isinya dengan menggunakan sekop, lalu angin-anginkan selama dua minggu sebelum digunakan.
Tips:
- Setelah tumpukan sampah berusia dua minggu, aduk-aduk/ balik-balik setiap satu atau dua minggu sekali (minimal sebulan sekali) untuk memberikan udara ke dalam sampah dan mempercepat proses terbentuknya kompos.
- Apabila tumpukan sampah terlalu basah hingga muncul belatung, tambahkan sekam/kapur. Namun apabila terlalu kering, berikan sedikit air hingga lembab.
Untuk mengurangi sampah anorganik:
- Manfaatkan kembali kaleng bekas susu untuk dijadikan tempat pensil, misalnya. Atau jika tidak ingin melakukannya, minimal permudahlah untuk diambil oleh pemulung.
- Membeli produk dalam kemasan besar juga bisa mengurangi jumlah sampah dan tentunya lebih hemat.
- Jangan boros dalam penggunaan kantong kresek, karena bahan yang satu ini sangat sulit terurai. Membiasakan membawa tas/keranjang belanja sendiri ke pasar/supermarket merupakan pilihan yang bijak untuk mengurangi tersebarnya kantong kresek.
Mudah kan…? Coba dan biasakan yuk! Demi masa depan bumi kita tercinta ini