Kita mengetahui bahwa tidak ada “Harimau yang memakan anaknya sendiri”, atau dalam kata lain mana mungkin sih kita mencelakakan anak kita sendiri. Sebagai orang tua, tentunya kita selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk putra-putri kita. Faktanya, kita sering menjumpai, banyak orang tua yang melakukan kesalahan dalam mendidik putra-putrinya.
Kesalahan Orang Tua Ketika Mendidik Anak
Berikut ini beberapa kesalahan yang umumnya dilakukan ketika mendidik anak.
1. Kurangnya Pengawasan
Anak yang terlalu banyak menghabiskan waktu bergaul dengan lingkungan semu di luar keluarga, merupakan tragedi yang seharusnya diperhatikan oleh orang tua. Nah sekarang kita jadi tahu, bagaimana cara untuk menyiasatinya, misalnya bila anak Anda berada di penitipan anak atau di sekolah, usahakan mengunjunginya secara berkala dan tidak terencana. Bila pengawasan Anda berkurang, solusinya carilah tempat penitipan lainnya. Jangan biarkan anak Anda berkelana sendirian. Anak Anda butuh perhatian dari Anda.
2. Gagal Mendengarkan anak
Banyak dari orang tua yang terlalu lelah memberikan perhatian, dan cenderung mengabaikan apa yang anak mereka ungkapkan”, contohnya Aisyah pulang ke rumah dengan mata yang lembam, umumnya orang tua lantas langsung menanggapi hal tersebut secara berlebihan, menduga-duga si anak terkena bola, atau berkelahi dengan temannya. Faktanya, orang tua tidak tahu apa yang terjadi sesungguhnya hingga anak sendirilah yang menceritakannya.
3. Jarang Bertemu Muka
Kesalahan adalah hal yang wajar, dan sebagai orang tua seharusnya membiarkan anak melakukan kesalahan, karena dengan kesalahan tersebut, anak akan belajar dan tidak mengulangi kesalahan yang sama. Bantulah anak untuk mengatasi masalahnya sendiri, namun jangan pula mengambil keuntungan demi kepentingan Anda.
4. Terlalu Berlebihan
Banyak orang tua menghabiskan waktu di luar rumah, dari pada meluangkan 1 jam bersama anak mereka”. Anak perlu waktu sendiri untuk merasakan kebosanan, sebab hal itu akan memacu anak agar tumbuh kreatifitasnya.
5. Bertengkar Di hadapan Anak
Perilaku yang paling berpengaruh dan merusak adalah “bertengkar” di hadapan anak. Ketika orang tua bertengkar di depan anak mereka, khususnya anak lelaki, maka anak akan menjadi seorang calon pria dewasa yang tidak sensitif, yang tidak dapat berhubungan dengan wanita secara sehat. Orang tua seharusnya mengedepankan diskusi di antara mereka, tanpa ditonton oleh anak-anak di sekitar mereka. Wajar saja bila ada perbedaan pendapat di antara Anda dan pasangan Anda, namun usahakan diselesaikan tanpa amarah. Jangan menciptakan perasaan tidak aman dan ketakutan pada anak.
6. Tidak Konsisten
Anak perlu merasa bahwa orang tua mereka memiliki peranan. Jangan biarkan mereka memohon dan merengek sebagai senjata yang ampuh untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Orang tua harus tegas dan berwibawa di hadapan anak.
7. Mengabaikan Kata Hati
Lakukan apa yang sesuai dengan kata hatimu dan biarkan mengalir tanpa mengabaikan juga suara-suara di sekitarmu yang melemahkan. orang tua seharusnya mempunyai kepekaan yang tajam tentang sesuatu.
8. Terlalu Banyak Nonton TV
Anak-anak di Amerika Serikat yang berusia 2-11 tahun menghabiskan waktu dengan menonton siaran TV selama rata-rata 3 jam dan 22 menit. Menonton televisi akan membuat anak malas belajar. Orang tua cenderung membiarkan anak berlama-lama di depan TV agar tidak mengganggu aktifitas orang tua. Hal yang demikian akan membuat orang tua kehilangan pengawasan dari masuknya iklan-iklan negatif yang tidak mendidik.
9. Segalanya Diukur Dengan Materi
“Anak sekarang mempunyai banyak benda untuk dikoleksi”. Anda tidaklah salah ketika memanjakan anak Anda dengan koleksi mainan atau liburan yang mewah. Tetapi yang seharusnya disadari adalah anak Anda membutuhkan quality time bersama orang tua mereka. Mereka cenderung ingin didengarkan dibandingkan diberi sesuatu dan diam.
10. Bersikap Berat Sebelah
Beberapa orang tua kadang lebih mendukung anak dan bersikap memihak anak sambil menjelekkan pasangannya di depan anak. Mereka akan kehilangan persepsi dan cenderung terpola untuk bersikap berat sebelah. Luangkan waktu bersama anak minimal 10 menit disela kesibukan Anda. Dan pastikan anak Anda mengetahui saat bersama orang tua adalah waktu yang tidak dapat diinterupsi.
11. Ceramah bukan diskusi
Secara psikologis, anak-anak lebih mudah mencerna jika diajak berdiskusi daripada diberikan ceramah panjang lebar dan membosankan. Anak-anak senang diperlakukan seperti orang dewasa ketika mereka sedang bertumbuh kembang. Mereka tidak terlalu suka diatur dan terlalu sering dinasihati.
Metode berdiskusi justru bisa menumbuhkan kepercayaan diri pada anak karena anak diberikan kesempatan untuk mengungkapkan pendapat. Selain itu, orang tua juga bisa lebih memahami sisi pandang anak. Siapa tahu, pendapat dari anak tersebut bisa membuka wawasan baru orang tua tentang suatu isu. Apalagi tentang isu-isu yang cepat berubah sesuai dengan perkembangan zaman.
12. Meremehkan
Karena kesibukannya, terkadang orang tua sering meremehkan atau menyepelekan perubahan perilaku dari anak mereka. Ketika anak sedang bertumbuh kembang, melihat banyak hal, mempelajari berbagai pengalaman hidup, pelan-pelan kepribadian mereka ikut berubah. Mereka mulai bisa memilih menjadi pribadi seperti apa yang mereka inginkan.
Jangan pernah menyepelekan perubahan sekecil apapun pada anak. Usahakan untuk tetap memiliki waktu bertukar cerita dengang anak Anda. Ketahui apa yang sedang diinginkan atau disukai anak Anda. Anda dapat menanyakan juga kabar teman sekolah atau teman bermainnya. Berikan perhatian terhadap kegiatannya dan diskusikan lebih jauh tentang hal-hal yang menganggu Anda. Dengan mengenali tanda-tanda perubahan lebih awal, Anda bisa mencegah terjadinya hal-hal buruk pada anak Anda di masa yang akan datang.
13. Peraturan dan Batasan
Hal paling umum yang dilakukan orang tua saat mendidik anak adalah mengatur dan memberi batasan pada anak. Persepsi umum terhadap hal ini adalah jika anak melanggar peraturan atau batasan maka anak akan diberi hukuman. Hukuman tersebut akan membuatnya belajar tentang kedisiplinan.
Persepsi tersebut tak sepenuhnya salah tapi juga tidak sepenuhnya baik. Daripada sekadar mengatur dan memberi batasan pada anak, Anda dapat menanamkan pengertian tentang situasi yang dimaksud dan memberi tahu efek baik dan buruknya kepada anak. Dengan begitu, anak bisa belajar mengenali mana hal yang baik dan mana hal yang buruk dengan sendirinya. Dengan demikian, maka Anda tak perlu selalu repot dan keras tentang peraturan karena ia sudah bisa menilai sendiri mana hal yang baik dan buruk.
14. Cita-cita yang Tak Masuk Akal
Banyak orang tua yang membebankan cita-cita pribadinya pada sang anak. Ada juga yang merasa tak mau kalah saing dengan anak tetangga atau anak dari saudaranya. Membebankan cita-cita yang tidak masuk akal bisa membuat anak tertekan. Anak menjadi frustrasi dan bisa berpengaruh buruk terhadap perkembangannya.
Sebaiknya, pelan-pelan kenali bakat dan potensi anak Anda. Amati kegiatannya sehari-hari atau konsultasikan dengan ahli psikologi. Dengan mengetahui bakat dan minat anak, Anda dapat mengukur potensi yang dimiliki anak Anda, dan merencanakan tujuan yang lebih realistis untuk anak dan membuat anak Anda tetap bersemangat. Dengan mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki anak, maka anak juga akan semakin percaya diri.
15. Selalu menekankan pada kesalahan
Banyak orang tua yang senang menegur anak dengan keras ketika mereka melakukan kesalahan. Hal ini mungkin Anda lakukan dengan tujuan agar anak Anda berubah dan tidak mengulangi kesalahannya. Namun, hal tersebut belum tentu sepenuhnya akan berhasil, umumnya anak-anak justru akan semakin bersikap tidak percaya diri dan enggan untuk berubah. Anak-anak juga memiliki gengsi yang kadang membuat mereka enggan diperintah tanpa ada kesempatan membela diri.
Karena itu, sebaiknya orang tua jangan hanya selalu memfokuskan pada hal-hal yang negatif saja. Jika sang anak melakukan hal yang positif beri ia pujian agar ia termotivasi untuk terus berbuat baik. Jika anak melakukan kesalahan, bicarakan baik-baik dengan anak Anda tanpa menggunakan emosi. Dengarkan sudut pandangnya dan berikan anak Anda masukan agar ia tidak mengulangi hal yang sama.
16. Menyerahkan pada sekolah dan teknologi
Sekolah dan teknologi seperti internet serta televisi memang bisa membantu Anda dalam memberi akses informasi dan pengetahuan pada anak. Tapi jangan Anda serahkan sepenuhnya keingintahuan anak Anda pada sekolah dan internet. Hal-hal yang perlu mereka ketahui tentang obat terlarang, teman yang kurang baik, perilaku negatif, seks, dan permasalahan lainnya sebaiknya diketahui anak melalui orang tua.
Orang tua bisa berdiskusi dengan anak tentang hal-hal tersebut termasuk mengetahui tentang lingkungan pergaulan sang anak. Anak-anak yang sering berdiskusi dengan orang tua tentang hal-hal buruk bisa menurunkan risiko mereka terlibat dalam hal-hal tersebut. Jangan menjadi sosok yang menakutkan bagi anak. Jika ia merasa tidak bisa berbicara dengan Anda, maka ia akan mencari tahu ke sumber lainnya. Tentu Anda tak mau hal itu terjadi bukan?