Anda mungkin kerap mendengar kata“narkoba”, baik melalui media elektronik ataupun secara langsung melalui percakapan dengan seseorang. Anda juga mungkin sering mendengar pula betapa dahsyatnya bahaya narkoba. Namun, seperti apakah narkoba itu, dan apa efek narkoba yang disebut berbahaya itu ? Berikut ini sedikit uraian untuk melihat narkoba dan efeknya secara psikologis dan mental.
Narkoba merupakan singkatan dari kata narkotika dan obat terlarang. Lalu sebenarnya apakah narkotika itu ? Narkotika adalah obat-obatan yang bekerja pada susunan syaraf pusat dan dalam dunia medis digunakan sebagai analgetika (obat pengurang rasa sakit). Di flm film perang yang diproduksi Hollywood Anda mungkin sering melihat adegan seorang tentara memberikan suntikan morfin pada kawannya yang terluka. Ya, morfin termasuk dalam kategori narkotika, maka ketika morfin disalahgunakan seseorang, maka ia disebut sebagai morfinis.
Sedangkan obat-obatan Psikotropika, merupakan obat-obatan yang mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku, dan seringkali digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik. Obat-obatan psikotropika ini termasuk dalam daftar obat G, yang artinya dalam penggunaannya, harus disertai dengan pengawasan dosis yang sangat ketat oleh dokter. Jadi, sebenarnya narkotika dan khususnya obat-obatan psikotropika adalah obat yang khusus digunakan Psikiater untuk mengobati penyakit-penyakit kejiwaan (gila).
Lalu, apa sajakah obat-obatan yang termasuk dalam narkotika dan obat psikotropika ? tentunya Anda sudah banyak mendengar nama-nama ini : ganja, morfin, shabu-shabu, ekstasi, marijuana, putau, kokain, pil koplo, dan sebagainya. Namun Anda mungkin tidak menyadari, bahwa obat-obatan pengurang rasa sakit yang dijual bebas pun mengandung narkotika, tentunya dalam dosis yang diatur secara ketat. Seperti yang diuraikan di atas, narkotika adalah zat yang digunakan untuk mengurangi rasa sakit, yang bekerja pada susunan syaraf pusat.
Beberapa jenis narkotika terbuat dari tumbuhan koka, yang umumnya tumbuh di hutan-hutan di Amerika Selatan. Misal; kokain, marijuana, dan sebagainya. Ada juga yang narkotika yang dibuat dari zat kimia, seperti shabu-shabu, putau, morfin, dan ekstasi. Sedangkan ganja dihasilkan dari tanaman ganja yang banyak dimasukkan ke Indonesia berasal dari segitiga emas, yaitu daerah di sekitar perbatasan Thailand, Birma, dan Vietnam. Shabu-shabu sendiri yang banyak diselundupkan ke Indonesia berasal dari China, sedangkan untuk ekstasi umumnya berasal dari Belanda.
Narkoba dari sisi psikologis
Para pengguna narkoba umumnya adalah “orang yang bermasalah” secara psikologis. Banyak dari mereka merupakan penderita depresi, stress berat, dan sejenisnya. Sedangkan para remaja pecandu narkoba, umunya adalah remaja-remaja yang secara psikologis gagal melewati fase perkembangannya dengan baik. Banyak dari mereka yang tidak mampu mengenali dirinya sendiri, tidak mampu mengenali emosinya sendiri, serta sering merasa rendah diri.
Yang memprihatinkan, dari sekian banyak remaja dan pemakai narkoba,ketika rekaman psikis mereka diulang kembali, didapati bahwa mereka pernah mengalami konflik hebat yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanaknya. Dan dari konflik tersebut, konflik antara anak-dan orang tuanya secara psikologis, adalah yang terbanyak dialami oleh remaja tersebut.
Banyak kejadian dimana remaja yang kemudian mengonsumsi narkotika hanya untuk mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari orang lain. Bila ditelaah secara mendetail, hal itu hanyalah manifestasi dari kebutuhan mereka akan penghargaan dan pengakuan dari orang tua mereka sendiri.
Faktor penyebab remaja mengonsumsi narkoba lainnya berasal dari contoh yang buruk orang tuanya. Walaupun kita tahu, bahwa untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga yang menjadi tanggungjawab orang tua sangatlah berat, namun sama sekali tidak menjadi alasan bahwa demi mencari nafkah lantas anak diabaikan, kurang diperhatikan.
Karena begitu beratnya beban hidup yang harus ditanggung, sehingga setiap kali pulang ke rumah, orang tua tidak punya waktu untuk berinteraksi dengan anak-anaknya. Mungkin orang tua berpikir, bahwa mereka bekerja keras hanya untuk anaknya. Tetapi mereka lupa, bahwa saat mereka bekerja, si anak sedang mengalami konflik, dan dia sedang membutuhkan kehadiran serta perlindungan orang tuanya. Tapi ketika orang tua pulang, si anak tidak pernah bisa mendapatkan apa yang dibutuhkannya. Akibatnya konflik itu menggantung dan terekam dalam memorinya. Hingga suatu saat, konflik yang belum selesai tersebut akan muncul kembali. Dan karena si anak sudah menyadari bahwa ia tidak akan pernah mendapat penyelesaian dari orang tuanya, maka si anak akan mencari penyelesaian dari lingkungan dan teman-temannya. Pada fase inilah kondisi kejiwaan si anak dalam bahaya.
Narkoba dari sisi medis
Seperti yang telah diuraikan di atas, narkotika dan obat psikotropika secara fisik dan fungsinya adalah OBAT. Zat-zat itu masuk ke dalam tubuh dan ke dalam aliran darah, kemudian beredar ke seluruh bagian tubuh. Zat-zat yang beredar ke seluruh tubuh tersebut tentunya akan berguna bagi organ tubuh yang sakit tentunya dalam dosis yang tepat, . Tetapi kasus narkotika dan obat psikotropika adalah kasus penyalahgunaan obat, di mana dosis pemakaian obat-obatan ini jauh di atas batas normal. Zat-zat itu beredar ke otak, ke jantung, ke ginjal, dan ke semua bagian tubuh yang ada, dan mengendap di sana. Dan seperti yang bisa diduga, hal itu akan memberikan efek samping yang sangat berbahaya.
Menurut survey yang terakhir dilakukan, penyalahgunaan narkotika menempatkannya dalam peringkat adalah pembunuh nomor satu bagi remaja dan orang-orang yang tergolong usia produktif, jauh di atas penyakit apapun yang ada di dunia ini.
Banyaknya kasus kematian ini sebenarnya bukan disebabkan narkotika itu sendiri secara langsung, namun karena efek dari adanya zat-zat adiktif tersebut di dalam tubuh. Kebanyakan kasus kematian tersebut adalah pecah pembuluh darah dalam jantung dan otak, gagalnya fungsi ginjal untuk mengeluarkan zat-zat tersebut dari dalam tubuh, gagalnya fungsi hati dan pankreas, dan kecelakaan akibat gagalnya fungsi otak mengendalikan fungsi-fungsi tubuh yang lain.
Secara psikiatri, begitu seseorang memakai narkotika dan obat-obat terlarang, maka ia akan mendapatkan gangguan pada sistem syarafnya. Hal itu akan mempengaruhi perilaku dan kemampuannya mengenali dirinya sendiri dan berinteraksi dengan lingkungannya. Gejala ini sama dengan gejala yang menyerang penderita schizophrenia (penyakit jiwa/gila), seperti depresi berat, halusinasi, pemurung, pemarah, kehilangan motivasi, apatis, dan kehilangan kontrol emosinya. Untuk lebih detailnya, Anda bisa melihat artikel tentang schizophrenia.
Di samping itu semua, bila seseorang mulai mencoba narkoba, berarti dia sedang masuk ke dalam suatu lingkaran yang tiada habisnya. Seseorang yang sudah mencoba narkotika dan obat psikotropika secara tidak bertanggungjawab, berarti dalam darahnya sudah mengandung zat-zat tersebut. Pada saat tertentu, tubuh akan meminta untuk diberikan zat itu kembali, dengan dosis yang lebih banyak. Hal ini akan berlangsung terus selama hidupnya, jika orang tersebut tidak menjalani pengobatan dari narkotika. Secara ekonomis, harga obat-obatan tersebut untuk sekali pakai sangat mahal. Jika si pemakai tidak mempunyai uang, dia akan melakukan tindak kejahatan untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya akan zat adiktif tersebut, atau dia akan menjadi pengedarnya. Sementara waktu terus berlalu, tubuhnya membutuhkan dosis semakin banyak, sedangkan jantung, ginjal, hati, dan otaknya semakin tidak sanggup melawan. Akibatnya maut sudah di depan mata.
Di samping mempengaruhi mental, narkoba juga memperburuk kondisi tubuh dengan mengacaukan sistem antibodi dan sistem metabolisme tubuh. Akibatnya tubuh lebih mudah terserang penyakit, dan lebih sulit sembuh. Pada pencandu yang sudah berhasil berhenti dari kecanduannya, dapat dilihat bahwa tubuh mereka begitu kurus, respon emosi mereka begitu lamban, dan gigi mereka banyak yang rusak. Kerusakan pada organ tubuh mereka, mungkin bisa diperbaiki seiring berjalannya waktu disertai dengan terapi yang benar. Tetapi kerusakan syaraf pada otaknya cenderung permanen. Seperti yang ditulis dalam artikel perkembangan otak, sel-sel otak berhenti berkembang pada usia kanak-kanak. Hal inilah yang sangat membuat keluarga penderita dan penderita sendiri putus asa untuk hidup normal. Akibatnya penderita cenderung untuk memakai narkoba kembali, sampai akhirnya maut menjemput.
Penggunaan narkoba secara salah jelas sangat tidak menguntungkan, sehingga hal ini perlu mendapat perhatian bersama. Seperti yang diuraikan di atas, adalah lebih baik kita memberikan lingkungan dan kehidupan yang baik bagi anak-anak kita. Dengan terlewatinya fase masa kanak-kanak dan masa remaja mereka secara baik, mereka akan dengan mudah menolak narkoba, dan mengerti apa yang baik bagi kehidupan mereka. Apakah sekarang sudah terlambat ? Tidak pernah ada kata terlambat untuk hal-hal yang terbaik.
Baca juga:
Hal Yang Perlu Diketahui Dalam Membaca Pikiran Orang Lain
Belajar Membaca Karakter Seseorang Dari Cara Berbicara
Sumber foto: dw.com